Materi yang disampaikan oleh Dr. Shara Ally merupakan hal baru bagi saya pribadi dan saya rasa hal ini sangat bermanfaat, karena memberikan insight atau pandangan baru dalam memahami dinamisnya ilmu marketing. Neuromarketing sendiri memiliki definisi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana cara bekerja otak mempengaruhi perilaku konsumsi yang dilakukan oleh konsumen. Lebih jelasnya, terdapat aspek kognitif dan emosional dalam saraf otak manusia yang menjadi aspek pendorong adanya decision making manusia dalam melakukan aktivitas pasar. Tujuan dari marketing ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputusan yang terjadi melalui sistem kerja saraf otak yang dimiliki oleh tiap-tiap konsumen dalam dunia pasar.
Sesuai atau tidaknya penerapan Neuromarketing di Indonesia memang masih membutuhkan pembuktian-pembuktian, karena dalam hal ini dibutuhkan beberapa teknologi tambahan. Sebagai contoh, pelacakan mata digunakan dalam Pemasaran Online, misalnya, untuk menarik kesimpulan tentang desain toko online melalui gerakan mata. Demikian juga, survei dan alat pelacakan web yang canggih, seperti Google Analytics atau etracker, memberikan wawasan penting tentang perilaku konsumen, namun hal ini pun tidak menyelesaikan salah satu pertanyaan utama Neuromarketing, yaitu Apa yang terjadi di otak konsumen ketika dia mengunjungi situs web, membeli produk, atau melihat-lihat toko? Beberapa contoh penggunaan teknologi ini memang masih sangat asing bagi para marketer di Indonesia. Selain itu, metode ini tidak memperhitungkan banyak faktor lain yang juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian seperti:
- Keadaan pikiran saat ini (seperti pembelian frustrasi)
- Rekomendasi oleh teman atau kenalan
- Pengalaman sebelumnya dengan suatu produk
- Keadaan selama pembelian (gangguan oleh media lain seperti radio atau televisi)
- Keyakinan pembeli di toko
Sejauh ini, Neuromarketing
hanya dapat menjadi metode tambahan untuk mengidentifikasi karakteristik
pembelian potensial, khususnya di Indonesia.
Dan kaitannya
dengan kemungkinan dilanjutkan menjadi thesis/penelitian, ini sangat mungkin,
karena seperti yang saya paparkan sebelumnya bahwa sesuai atau tidaknya
penerapan Neuromarketing di Indonesia masih membutuhkan pembuktian, dan
tahapan pembuktian ini bisa kita jadikan sebagai bahan penelitian/thesis.
Apalagi terkait dengan konsumen Indonesia, pasti memiliki psikologis dan pola
pikir yang berbeda dari para konsumen dimana ilmu ini dikembangkan. Temuan
penting dari Neuromarketing adalah bahwa faktor manusia penting untuk
keputusan pembelian. Banyak toko online modern memanfaatkan penemuan ini dengan
mengganti gambar teknis dengan gambar latar belakang yang menggambarkan orang.
Beberapa toko menggunakan dongeng untuk membangkitkan emosi pembeli potensial.
Meskipun penelitian Neuromarketing masih dalam masa pertumbuhan,
pengetahuan masa depan tidak diragukan lagi akan mengalir ke desain toko online
atau situs web perusahaan.